Kitab Syarat-Syarat


BAB 1: SYARAT-SYARAT MASKAWIN KETIKA AKAD NIKAH



1189[Bukhari 2721] Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir ra, dia berkata: Rasulullah Saw pernah bersabda, "Salah satu syarat yang harus kamu penuhi paling utama adalah maskawin yang dengannya kamu halal melakukan persetubuhan".





BAB 2: SYARAT-SYARAT YANG TIDAK BOLEH DITETAPKAN DALAM PELAKSANAAN HUKUMAN SESUAI KETENTUAN ALLAH



1190[Bukhari 2724,2725] Diriwayatkan dari Abu Hurairah dan Zaid bin Khalid ra, keduanya berkata: Seorang Arab Baduwi/ pedalaman menemui Rasulullah Saw kemudian mengatakan, "Ya Rasulullah, dengan nama Allah saya mohon anda memberi keputusan tentang persoalan saya menurut Kitab Allah". Lawannya yang lebih mengerti berkata, "Ya, berikan keputusan kepada kami menurut Kitab Allah dan izinkan saya berbicara". Rasulullah Saw bersabda, "Katakan". Maka orang itu berkata, "Putra saya bekerja di rumah orang ini kemudian berzina dengan istrinya. Saya diberitahu bahwa putra saya harus dihukum rajam, lalu saya ingin menebus hukuman dengan membayar 100 ekor biri-biri dan seorang budk perempuan. Kemudian saya bertanya kepada orang yang mengerti tentang Islam, lalu saya diberitahu bahwa putra saya mendapat hukuman cambuk 100 kali dan diasingkan selama satu tahun, sedangkan perempuan tersebut harus dihukum rajam". Rasulullah Saw bersabda, "Demi Allah, yang diriku dalam genggaman-Nya, sungguh aku akan memberikan keputusan kepada kalian berdua menurut Kitab Allah. Budak perempuan dan kambing tersebut dikembalikan kepadamu. Putramu mendapat hukuman cambuk 100 kali dan diasingkan selama satu tahun". Rasulullah Saw melanjutkan, "Wahai Unais, pergilah ke istri orang ini, jika ia mengakui perzinaannya, rajamlah". Maka Unais pergi ke perempuan tersebut lalu perempuan itu mengaku, kemudian Rasulullah Saw memerintahkan agar perempuan itu dihukum rajam.





BAB 3: SYARAT PERJANJIAN MUZARA'AH (PENGGARAPAN TANAH PERTANIAN DENGAN SISTEM BAGI HASIL)



1191[Bukhari 2730] Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra dia berkata: Ketika orang-orang Yahudi Khaibar mengikat tangan dan kaki Abdullah bin Umar ra, Umar ra berdiri dan berpidato, "Sesungguhnya Rasulullah Saw telah mengizinkan orang-orang Yahudi Khaibar untuk mengelola harta (berupa lahan pertanian dan lain-lain yang semula milik mereka kemudian menjadi ghanimah bagi kaum muslimin). Ketika itu Rasulullah Saw bersabda kepada orang-orang Yahudi Khaibar, "Kami mengizinkan kalian tinggal di Khaibar selama Allah mengizinkan kalian". Sekarang Abdullah bin Umar keluar menuju tanah miliknya sendiri di Khaibar, kemudian dia diserang pada malam hari dan diikat kedua tangannya serta kedua kakinya, sedangkan kami tidak mempunyai musuh di sana kecuali orang-orang Yahudi. Mereka itu musuh kami dan mereka menjadi tersangka. Saya ingin mengusir mereka dari Khaibar". Ketika Umar ra sudah sepakat untuk mengusir mereka, ia ditemui oleh salah seorang anak laki-laki Abu Al-Huqaiq yang mengatakan, "Wahai Amirul mukminin, apakah kamu akan mengusir kami, padahal Muhammad Saw telah menyetujui kami tetap tinggal di Khaibar dan mengizinkan kami mengelola tanah di sini dengan sistem bagi hasil?" Kata Umar ra, "Apakah kamu kira saya sudah lupa pernyataan Rasulullah Saw, "Tentukan syarat-syaratmu untuk tetap tinggal di Khaibar ketika seharusnya kamu diusir dari sini sehingga onta-ontamu mengangkutmu dari malam ke malam"". Putra Abu Al-Huqaiq itu menjawab, "Itu hanyalah gurauran Abul Qasim (Muhammad Saw)". Kata Umar, "Kamu bohong, hai musuh Allah". Maka Umar ra mengusir mereka dengan memberikan kepada mereka uang, onta, pelana dan tali kekang dan lain-lain, seharga buah-buahan yang seharusnya mereka terima dari jatah bagi hasil penggarapan tanah.





BAB 4: SYARAT-SYARAT DAN PERJANJIAN DALAM DENGAN ORANG-ORANG KAFIR YANG MEMUSUHI KAUM MUSLIMIN, SERTA PENULISAN SYARAT-SYARAT TERSEBUT.



1192[Bukhari 2731,2732] Diriwayatkan dari Al-Miswar bin Makhramah dan Marwan, keduanya mengatakan: Pada masa perjanjian Hudaibiyah Rasulullah Saw beserta para sahabatnya pergi. Setelah menempuh perjalanan sekian jauh Rasulullah Saw bersabda, "Khalid bin Al-Walid berada di Al-Ghamim memimpin pasukan berkuda, karena itu ambillah jalan ke kanan". Kata Al-Miswar: Demi Allah, Khalid bin Al-Walid tidak mengetahui kedatangan pasukan muslimin sehingga ia melihat kepulan debu dari pasukan muslimin, kemudian ia segera kembali ke orang-orang kafir Quraisy untuk melaporkan kedatangan pasukan muslimin. Nabi Saw terus berjalan dan sesampainya di jalan perbukitan yang tidak akan dilalui oleh orang-orang kafir Quraisy onta beliau berlutut. Para sahabat berupaya membangunkan onta itu, tetapi onta tersebut tidak mau bangun, lalu mereka berkata, "Al-Qashwa (nama onta Nabi Saw) membangkang/ bandel, Al-Qashwa membangkang". Nabi Saw bersabda, "Al-Qashwa tidak membangkang, ia tidak memiliki sifat seperti itu, ia hanyalah dihentikan oleh Allah yang menghentikan gajah (dalam peristiwa pasukan bergajah yang hendak menghancurkan Ka'bah)". Kemudian Nabi Saw bersabda, "Demi Allah yang menggenggam jiwaku, langkah apapun yang mereka usulkan kepadaku dengan menghormati hukum Allah, niscaya aku akan melaksanakannya untuk mereka". Setelah itu Rasulullah Saw menggertak ontanya, maka Al-Qashwa (onta Nabi Saw) bangun dan berjalan. Rasulullah Saw mengalihkan haluan sehingga berhenti di ujung Hudaibiyah yang paling jauh pada suatu sumur yang airnya tinggal sedikit. Para sahabat tidak berhasil mengambil air dari sumur itu karena sedikitnya, kemudian mereka mengadu kepada Rasulullah Saw karena merasa haus. Rasulullah Saw mencabut anak panah dari kantongnya, kemudian menyuruh para sahabatnya untuk membidikkannya ke dalam sumur itu. Demi Allah, tiba-tiba air memancar deras dalam sumur itu, sehingga para sahabat bisa minum semua sampai puas. Ketika mereka dalam keadaan demikian tiba-tiba Budail bin Warqa Al-Khuza'I datang bersama sekelompok orang dari sukunya (suku Khuza'ah). Mereka ini selalu berterus terang dalam menyampaikan saran kepada Rasulullah Saw dan baru pulang dari Tihamah. Budail mengatakan kepada Rasulullah Saw, "Saya meninggalkan Ka'b bin Luaiy dan Amir bin Lu'aiy beristirahat di dekat sumber air di Hudaibiyah dengan sejumlah onta dan kuda. Mereka akan menyerang Anda dan menghalangi Anda mengunjungi Mekkah". Rasulullah Saw bersabda, "Kami datang ke Mekkah bukan untuk memerangi siapapun, tetapi kami datang ke Mekkah untuk melaksanakan umrah. Orang-orang kafir Quraisy sudah lemah dan sengsara akibat pertempuran. Jika mereka mau, aku akan membuat perjanjian untuk tidak saling menyerang antara aku dengan mereka dalam batas waktu tertentu. Jika aku bisa menguasai mereka, aku akan memberi pilihan kepada mereka: Mereka masuk Islam seperti yang telah dilakukan oleh orang-orang karena mereka tidak lagi memiliki kekuatan yang tangguh untuk berperang. Jika mereka tidak mau berdamai, maka demi Allah yang menggenggam jiwaku, aku akan memerangi mereka karena menghalangi umrahku ini sehingga aku terbunuh, tetapi Allah pasti akan memberiku kemenangan". Kata Budail, "Saya akan menyampaikan kepada mereka apa yang Anda ucapkan". Budail pergi menemui orang-orang kafir Quraisy dan mengatakan kepada mereka, "Kami datang menemui kalian dengan membawa pesan dari Muhammad Saw dan kami telah mendengar langsung apa yang ia katakan. Jika kalian mau, kami akan menyampaikannya kepada kalian". Orang-orang Quraisy yang bodoh menjawab, "Kami tidak membutuhkan ucapan Muhammad yang akan kau sampaikan kepada kami". Orang-orang Quraisy yang bisa berpikir menjawab, "Sampaikan kepada kami apa yang telah kau dengar dari Muhammad". Kata Budail, "Saya mendengar beliau mengatakan begini dan begini". Budail menuturkan apa yang ia dengar dari Nabi Saw. Urwah bin Mas'ud berdiri lalu berkata, "Wahai kaumku, bukankah kalian sebagai ayah?" Mereka menjawab, "Ya". Kata Urwah selanjutnya, "Bukankah aku seorang anak?" Mereka menjawab, "Ya". Tanya Urwah berikutnya, "Apakah kalian menuduhku jelek?" Mereka menjawab, "Tidak". Tanya Urwah, "Bukankah kalian tahu bahwa aku telah mengundang orang-orang Ukazh untuk menolong kalian kemudian mereka menolak lalu aku mengajak keluargaku, anak-anakku dan orang-orang yang mematuhiku untuk menolong kalian?" Mereka menjawab, "Ya". Kata Urwah, "Orang itu (Muhammad) mengajukan usul yang bijakana kepada kalian. Terimalah usulnya dan izinkan aku menemuinya". Kata mereka, "Temui dia". Urwah bin Mas'ud menemui Nabi Saw dan bercakap-cakap dengannya. Nabi Saw mengatakan kepada Urwah sama seperti yang beliau katakan kepada Budail. Ketika itu Urwah berkata kepada Nabi Saw, "Hai Muhammad, bagaimana jika kamu mengecewakan kaummu? Pernahkah kau dengan seorang Arab sebelum kamu yang mengecewakan kaumnya lalu ia ditinggalkan oleh mereka? Jika demikian itu ada, maka orang-orang yang mendukungmu juga akan lari meninggalkanmu". Mendengar ucapan itu, Abu Bakr berkata kepada Urwah dengan kasar, "Hisaplah kemaluan Lata (berhala perempuan yang kau sembah)! Kau kira kami akan lari meninggalkan Rasulullah?" Urwah bertanya, "Siapa orang ini?" Seseorang menjawab, "Abu Bakr". Kata Urwah, "Demi Tuhan yang menggenggam jiwaku, jika kamu tetap berkata kasar kepadaku, aku akan membalasmu". Urwah melanjutkan ucapannya. Setiap kali Urwah berbicara kepada Nabi Saw, ia ingin memegang janggut Nabi Saw, sementara Al-Mughirah bin Syu'bah berdiri di dekat Nabi Saw dengan mengenakan pelindung kepala. Setiap kali Urwah ingin memegang janggut Nabi Saw, Al-Mughirah memukul tangan Urwah dengan pegangan (handel) pedangnya seraya berkata kepada Urwah, "Hindarkan tanganmu dari janggut Rasulullah!" Urwah mendongak sambil bertanya, "Siapa orang ini?" Orang-orang menjawab, "Al-Mughirah bin Syu'bah". Urwah berkata kepada Al-Mughirah, "Hai pengkhianat, aku berhak membalas pengkhianatanmu". Pada masa Jahiliyah (sebelum masuk Islam) Al-Mughirah bin Syu'bah berteman dengan sejumlah orang, kemudian ia membunuh mereka lalu mengambil harta mereka, setelah itu ia masuk Islam. Nabi Saw bersabda, "Mengenai masuknya Al-Mughirah ke dalam Islam, aku menerimanya, sedangkan mengenai harta tersebut aku tidak mengambilnya sedikitpun". Urwah mengamati para sahabat Nabi Saw. Demi Allah, setiap kali Rasulullah Saw meludah, ludah beliau selalu dipungut oleh salah seorang sahabat, kemudian dioleskannya pada wajah dan kulit tubuhnya. Apabila para sahabat itu diperintah oleh Rasulullah Saw mereka segera melaksanakan perintah tersebut. Ketika Rasulullah Saw hendak berwudu, mereka berebut mengambil sisa air wudunya. Mereka merendahkan suara dan tidak mengarahkan pandangan dengan tajam ke wajah Rasulullah Saw ketika mereka berbicara dengan beliau karena sangat menghormati beliau. Urwah kembali kepada kaumnya dan berkata, "Wahai kaumku, Demi Tuhan, aku sudah pernah menjadi delegasi untuk menemui para raja, kaisar, kisra, dan Najasyi. Demi Tuhan, aku tidak pernah melihat seorang raja yang dihormati oleh pengikutnya seperti penghormatan pengikut Muhammad kepadanya. Demi Tuhan, setiap kali Muhammad meludah, ludahnya selalu dipungut oleh seorang sahabatnya dengan telapak tangannya kemudian diusapkannya pada wajah dan kulit tubuhnya. Apabila Muhammad memberikan perintah, mereka segera melaksanakannya. Apabila Muhammad berwudu, sisa air wudunya mereka perebutkan. Apabila mereka berbicara dengan Muhammad, mereka merendahkan suara dan tidak mau mengarahkan pandangan yang tajam ke wajahnya karena menghormatinya. Muhammad menyampaikan usul yang bijaksana kepada kalian, maka terimalah usul tersebut". Seorang laki-laki dari suku Kinanah mengatakan, "Izinkan au menemui Muhammad". Kata mereka, "Kau boleh menemuinya". Ketika laki-laki itu menemui Nabi Saw dan para sahabatnya, beliau bersabda, "Dia ini si fulan dari kelompok orang-orang yang menghormati onta kurban, karena itu suguhkan onta kurban kepadanya". Maka dibawalah onta kurban kepadanya dan orang-orang menyambutnya dengan ucapan talbiyah. Ketika ia melihat itu, ia berkata, "Subhanallah, mereka ini tidak patut dihalangi menuju Ka'bah". Salah seorang dari mereka yang bernama Mikraz bin Hafsh berdiri serasay berkata, "Izinkan aku menemui Muhammad". Kata mereka, "Silahkan temui dia". Ketika Mikraz bertemu dengan kaum muslimin, raulullah Saw bersabda, "Dia ini Mikraz, orang yang banyak berdosa". Mikraz segera berbicara dengan Nabi Saw. Ketika Mikraz sedang berbicara dengan Nabi Saw tiba-tiba Suhail bin Amr datang. Nabi Saw bersabda, "Masalah kalian akan menjadi mudah (Suhail artinya mudah)". Kata Suhail, "Tuliskan perjanjian antara kami dengan kalian". Nabi Saw memanggil seorang juru tulis, kemudian beliau memerintahkan, "Tulislah "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang"". Kata Suhail, "Demi Tuhan, aku tidak tahu apa arti Maha Pengasih, Maha Penyayang, tetapi tulis saja "Dengan nama-Mu ya Allah". Kemudian juru tulis tersebut menulis "Ini adalah surat perjanjian yang disetujui oleh Muhammad, utusan Allah". Kata Suhail, "Kalau kami sudah mengakui bahwa kamu utusan Allah tentu kami tidak akan menghalangimu mengunjungi Ka'bah dan tidak memerangimu, karena itu tulislah "Muhammad bin Abdullah"". Nabi Saw menjawab, "Demi Allah, aku adalah utusan Allah meskipun kalian mendustakanku. Tak apa-apa tulislah "Muhammad bin Abdullah"". Nabi Saw bersabda kepada Suhail, "Kalian (orang-orang kafir Quraisy) tidak boleh menghalangi kami mengunjungi Ka'bah sehingga kami bisa melakukan tawaf di sana". Kata Suhail, "Kami tidak ingin orang-orang Arab menganggap kami menyerah kepadamu begitu saja, karena itu jangan mengunjungi Ka'bah sekarang, tetapi tahun depan saja". Rasulullah Saw menuliskan hal itu. Kata Suhail: "Sertakan syarat dalam perjanjian ini, "Siapapun dari pihak kami tidak boleh mengikuti agamamu dan jika ia datang kepadamu untuk memeluk Islam, maka kamu harus mengembalikannya kepada kami"". Orang-orang muslim berkata, "Bagaimana kami mengembalikan orang yang sudah masuk Islam kepada orang-orang musyrik?" Dalam suasana demikian, Abu Jandal bin Suhail bin Amr yang berasal dari Mekkah bagian bawah datang dengan sempoyongan kemudian merebahkan diri di hadapan kaum muslimin, lalu Suhail berkata, "Hai Muhammad, inilah kasus pertama dalam kesepakatan aku denganmu, maka kembalikanlah Abu Jandal kepadaku". Nabi Saw menjawab, "Kami belum mengesahkan perjanjian". Kata Suhail, "Kalau begitu aku tidak perlu membuat perjanjian damai denganmu". Kata Nabi Saw, "Izinkan Abu Jandal mengikutiku". Kata Suhail, "Aku tidak memperbolehkan Abu Jandal mengikutimu". Kata Nabi Saw, "Izinkan Abu Jandal mengikutiku". Kata Suhail, "Tidak". Kemudian Mikraz mengatakan: "Kami memperbolehkan Abu Jandal mengikutimu". Lalu Abu Jandal berkata, "Wahai kaum muslimin, apakah aku akan dikembalikan kepada orang-orang musyrik, sedang aku sudah masuk Islam? Betapa berat nanti siksaan mereka kepadaku". Abu Jandal memang disiksa keras karena mengikuti agama Allah. Umar bin Khattab mengatakan, "Aku menemui Nabi Saw kemudian aku katakan, "Bukankah Anda benar-benar Nabi Allah?" Rasulullah Saw menjawab, "Ya, benar". Aku berkata lagi, "Bukankah kita dalam kebenaran, sedangkan musuh kita dalam kebatilan?" Rasulullah Saw menjawab, "Ya benar". Aku katakan lagi, "Mengapa kita harus merendahkan agama kita?" Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya aku adalah utusan Allah, aku tidak mendurhakai-Nya dan Dia adalah penolongku". Aku berkata, "Tidakkah Anda pernah mengatakan bahwa kita akan mengunjungi Ka'bah dan melaksanakan tawaf disana?" Rasulullah Saw menjawab, "Ya, tetapi apakah aku pernah mengatakan bahwa kita akan berkunjung ke Ka'bah dalam tahun ini?" Umar berkata, "Tidak. Anda hanya mengatakan bahwa kita akan mengunjunginya". Kata Umar, "Kemudian aku menemui Abu Bakr, lalu aku katakan, "Wahai Abu Bakr, bukankah Muhammad benar-benar Nabi yang diutus oleh Allah?" Abu Bakr menjawab, "Ya benar". Umar bertanya, "Bukankah kita berada dalam kebenaran, sedangkan musuh kita berada dalam kebatilan?" Abu Bakr menjawab, "Ya, benar". Umar bertanya lagi, "Mengapa kita harus merendahkan agama kita?" Abu Bakr mengatakan, Wahai Umar, Muhammad adalah utusan Allah, dia tidak pernah mendurhakai Tuhannya dan Allah adalah penolongku, maka pertahankan kesetiaanmu kepadanya. Demi Allah, Nabi Saw pasti benar". Umar bertanya, "Bukankah Nabi Saw pernah memberitahu kita bahwa kita akan mengunjungi Ka'bah kemudian melaksanakan tawaf di sana?" Abu Bakr menjawab, "Ya, tetapi apakah Rasulullah Saw mengatakan bahwa kunjungan ke Ka'bah tersebut harus tahun ini?" Umar mengatakan, "Tidak". Abu Bakr berkata, "Kamu pasti akan mengunjungi Ka'bah dan melakukan tawaf di sana". Kata Umar ra, "Kemudian aku memperbanyak amal baik sebagai taubatku atas ucapanku yang tidak sopan kepada Rasulullah Saw". Seusai menulis perjanjian damai tersebut, Rasulullah Saw bersabda kepada para sahabatnya, "Berdirilah, kemudian sembelihlah hewan kurban dan bercukurlah". Kata perawi: Demi Allah, tidak satupun sahabat yang sudi berdiri sehingga Rasulullah Saw mengulangi sabda tersebut tiga kali. Ketika tidak ada seorang sahabatpun yang sudi berdiri, Rasulullah Saw menemui Ummu Salamah, kemudian beliau menuturkan sikap para sahabat tersebut kepadanya. Kata Ummu Salamah, "Wahai Nabi, jika anda menginginkan hal itu, Anda tidak perlu mengucapkan kata-kata, silahkan Anda keluar kemudian sembelihlah hewan kurban, Anda panggil tukang cukur untuk mencukur rambut Anda". Rasulullah Saw kemudian keluar tanpa berkata kepada siapapun sehingga beliau melaksanakan semua itu, yaitu menyembelih hewan kurbannya dan memanggil tukang cukur untuk mencukur rambutnya. Melihat itu, para sahabatpun berdiri, menyembelih hewan kurban dan saling bergantian untuk mencukur rambut mereka. Hampir saja mereka saling membunuh karena keributan tersebut. Kemudian Rasulullah Saw ditemui oleh orang-orang perempuan yang beriman, maka Allah Swt menurunkan ayat (yang artinya): "Hai orang-orang yang beriman, apabila orang-orang perempuan yang beriman datang berhijrah kepadamu, maka ujilah keimanan mereka. Allah lebih tahu keimanan mereka, maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka benar-benar beriman, maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada suami-suami mereka yang kafir. Mereka tidak halal bagi laki-laki yang kafir dan laki-laki yang kafir juga tidak halal bagi mereka. Dan berikanlah kepada suami-suami mereka maskawin yang telah mereka bayarkan, dan tidak ada dosa bagimu menikahi perempuan-perempuan yang beriman tersebut apabila kamu telah memberikan maskawin kepada mereka, dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali perkawinan dengan permpuan-perempuan kafir ...". (Al-Quran, surah Al-Muntahanah:10). Setelah turun ayat ini maka pada hari itu juga Umar menceraikan dua orang istrinya yang musyrik, yang dikemudian hari salah satunya dikawini oleh Mu'awiyah bin Abu Sufyan dan satunya lagi oleh Shafwan bin Umayyah. Kemudian Rasulullah Saw kembali ke Madinah, lalu beliau ditemui oleh Abu Bashir, seorang laki-laki Quraisy yang akan masuk Islam, maka orang-orang Quraisy mengirim dua orang utusan untuk meminta kembali Abu Bashir. Kata utusan tersebut kepada Rasulullah Saw, "Penuhilah janjimu yang telah kau buat dengan kami". Maka Rasulullah Saw menyerahkan Abu Bashir kepada dua orang utusan tersebut. Setibanya di Dzul Hulaifah, mereka beristirahat dan makan kurma. Abu Bashir berkata kepada salah seorang dari keduanya, "Demi Allah, pedangmu ini sungguh bagus, hai si fulan". Temannya menghunus pedang tersebut sambil berkata, "Memang, pedang ini sungguh bagus dan aku sudah mengujinya berkali-kali". Kata Abu Bashir, "Bolehkah aku melihatnya?" Ketika pedang itu diberikan kepada Abu Bashir, ia menebas salah seorang dari dua utusan tersebut hingga tewas, sedangkan utusan yang satunya melarikan diri sehingga tiba di Madinah lalu masuk ke masjid dalam ketakutan. Ketika melihat orang itu, Rasulullah Saw bersabda, "Orang ini dalam ketakutan". Ketika orang tersebut menghadap kepada Nabi Saw ia melaporkan, "Temanku telah dibunuh dan aku juga akan dibunuh". Tak lama kemudian Abu Bashir datang, kemudian berkata, "Wahai Nabi, Demi Allah, Allah telah menyempurnakan jaminan Anda. Anda telah mengembalikanku dari mereka". Nabi Saw bersabda, "Celaka, kalau saja di sana tadi ada orang lain, tentu akan terjadi peperangan yang sengit". Mendengar itu Abu Bashir mengerti bahwa ia akan dikembalikan lagi kepada orang-orang kafir Quraisy, maka ia pergi hingga sampai di tepi pantai. Abu Jandal bin Suhail juga membelot dari orang-orang kafir Quraisy dan bergabung dengan Abu Bashir. Setiap ada orang Quraisy membelot lalu masuk Islam selalu bergabung dengan Abu Bashir sehingga mereka ini menjadi kelompok yang kuat. Demi Allah, setiap kali mendengar bahwa ada kafilah Quraisy berniaga ke Syam mereka selalu menghadangnya untuk mereka bunuh dan mereka ambil hartanya. Dengan kejadian ini orang-orang Quraisy mengirim utusan untuk menemui Nabi Saw dengan membawa usulan atas nama Allah dan hubungan kekerabatan "Siapapun dari orang-orang Quraisy menghadap Nabi Saw untuk masuk Islam akan mendapat jaminan keselamatan". Maka Rasulullah Saw mengirim utusan kepada Abu Bashir untuk menyampaikan hal itu, kemudian Allah Swt menurunkan ayat (yang artinya): "Dan Dia-lah yang menahan tangan-tangan mereka untuk membinasakan kamu dan menahan tangan-tanganmu untuk membinasakan mereka di tengah kota Mekkah setelah Allah memenangkan kamu atas mereka .... Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kecongkakan, yaitu kecongkakan Jahiliyah". (Al-Quran, surah Al-Fath:24-26). Kesombongan orang-orang kafir Quraisy adalah mereka tidak mau mengakui bahwa Muhammad adalah Nabi dan utusan Allah serta tidak mengakui surat perjanjian damai apabila ditulis dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, serta melarang Nabi Saw beserta kaum muslimin untuk mengunjungi Ka'bah.





BAB 5: SYARAT-SYARAT YANG DIPERBOLEHKAN DAN PENGECUALIAN DALAM PERJANJIAN





1193[Bukhari 2736] Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda: "Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, yaitu 100 kruang satu. Siapa yang menghafal dan meyakini serta mengamalkannya akan masuk surga".